Menuju Sarjana Part I
Unknown
Kamis, Juni 07, 2018
0 Comments
Assalamualaikum..
sudah lama rasanya tidak menulis. hehe
awalnya memang masih sering menyempatkan menulis di media sebelah, dikarenakan media sebelah sudah diblokir, blog inilah tempat kembaliku. hehe
Terakhir, kisah hidup yang aku tulis di blog ini adalah tentang bagaimana aku memasukki gerbang kesuksesan, gerbang yang akhirnya membawaku menapaki jalan dengan berjuta cerita penuh hikmah didalamnya.
Time flies so fast, alhamdulillah setelah jalan itu kutapaki dalam sabar, kini aku sudah sampai pada salah satu tujuan. Yaps, aku sudah menyelesaikan studi S1 ku ini. Gelar Sarjana Pendidikan ini kuraih setelah menyelesaikan beberapa persyaratan. Diantaranya hapalan 4 juz dan juga menyusun karya ilmiah skripsi.
Syarat hapalan Al-Qur'an ini diberlakukan ketika diriku berada di semester 3, di mana kuliah sudah 1 tahun berjalan. Jujur sebagai mahasiswa yang bukan lulusan pesantren aku agak kaget dengan keputusan kaprodi ini, begitupun beberapa teman-temanku yang tidak punya basic agama yang tidak terlalu kuat dan belum pernah menghapal sebelumnya.
Jujur awalnya ini semacam beban buatku, namun sebenarnya jika disikapi secara positif ini merupakan sebuah tantangan, dimana kami akan menjadi sarjana agama yang special karena mempunyai hapalan Al-Qur'an. Proses hapalan Al-Qur'an ini menggunakan sistem cicilan, dan distor ke dosen pembimbing akademik masing-masing.
Aku yang saat itu penuh dengan aktivitas organisasi di semester 4-6 bisa dibilang bandel, karena alasan itu, aku tidak pernah serius menghapal dan belum sama sekali menyetor kepada dosen. Berbeda dengan beberapa teman-temanku yang selalu menyempatkan untuk storan walau hanya beberapa ayat. Alhasil penyesalan kurasakan di tingkat akhir, saat dimasa teman-temanku rata-rata sudah memulai mengerjakan skripsi, begitupun aku. Namun perbedaannya adalah, teman-temanku sudah cukup tenang karena persyaratan Hapalan sudah selesai dicicil, dan aku belum sama sekali, yap bebanku double! Seketika hari-hariku dipenuhi kepanikan, selalu muncul pertanyaan dalam benakku, "keburu gak ya hapalan dan skripsi?" "lulus tepat waktu gak ya?" itu selalu terngiang, mengingat bahwa aku merupakan mahasiswa beasiswa, yang mau tidak mau harus lulus tepat waktu, jika tidak maka resikonya harus cuti atau membayar normal seperti mahasiswa lain. Dan aku tidak sanggup untuk itu.
Kondisi itu menjadi turning point dimana aku bertaubat pada Allah, karena ini bukan soal waktu, namun soal hubunganku selama ini dengan Allah. Bagaimana bisa aku mengkhianatiNya dengan bermain-main dengan amanah akademik ini? Dengan bermodalkan bismillah dan husnudzan padaNya aku memulai mengerjakan skripsi terlebih dahulu, untuk hapalan aku membuat strategi untuk menyelesaikannya dalam pesantren kilat selama 2 minggu terakhir.
Dan hasilnya...
To be continued~
sudah lama rasanya tidak menulis. hehe
awalnya memang masih sering menyempatkan menulis di media sebelah, dikarenakan media sebelah sudah diblokir, blog inilah tempat kembaliku. hehe
Terakhir, kisah hidup yang aku tulis di blog ini adalah tentang bagaimana aku memasukki gerbang kesuksesan, gerbang yang akhirnya membawaku menapaki jalan dengan berjuta cerita penuh hikmah didalamnya.
Time flies so fast, alhamdulillah setelah jalan itu kutapaki dalam sabar, kini aku sudah sampai pada salah satu tujuan. Yaps, aku sudah menyelesaikan studi S1 ku ini. Gelar Sarjana Pendidikan ini kuraih setelah menyelesaikan beberapa persyaratan. Diantaranya hapalan 4 juz dan juga menyusun karya ilmiah skripsi.
Syarat hapalan Al-Qur'an ini diberlakukan ketika diriku berada di semester 3, di mana kuliah sudah 1 tahun berjalan. Jujur sebagai mahasiswa yang bukan lulusan pesantren aku agak kaget dengan keputusan kaprodi ini, begitupun beberapa teman-temanku yang tidak punya basic agama yang tidak terlalu kuat dan belum pernah menghapal sebelumnya.
Jujur awalnya ini semacam beban buatku, namun sebenarnya jika disikapi secara positif ini merupakan sebuah tantangan, dimana kami akan menjadi sarjana agama yang special karena mempunyai hapalan Al-Qur'an. Proses hapalan Al-Qur'an ini menggunakan sistem cicilan, dan distor ke dosen pembimbing akademik masing-masing.
Aku yang saat itu penuh dengan aktivitas organisasi di semester 4-6 bisa dibilang bandel, karena alasan itu, aku tidak pernah serius menghapal dan belum sama sekali menyetor kepada dosen. Berbeda dengan beberapa teman-temanku yang selalu menyempatkan untuk storan walau hanya beberapa ayat. Alhasil penyesalan kurasakan di tingkat akhir, saat dimasa teman-temanku rata-rata sudah memulai mengerjakan skripsi, begitupun aku. Namun perbedaannya adalah, teman-temanku sudah cukup tenang karena persyaratan Hapalan sudah selesai dicicil, dan aku belum sama sekali, yap bebanku double! Seketika hari-hariku dipenuhi kepanikan, selalu muncul pertanyaan dalam benakku, "keburu gak ya hapalan dan skripsi?" "lulus tepat waktu gak ya?" itu selalu terngiang, mengingat bahwa aku merupakan mahasiswa beasiswa, yang mau tidak mau harus lulus tepat waktu, jika tidak maka resikonya harus cuti atau membayar normal seperti mahasiswa lain. Dan aku tidak sanggup untuk itu.
Kondisi itu menjadi turning point dimana aku bertaubat pada Allah, karena ini bukan soal waktu, namun soal hubunganku selama ini dengan Allah. Bagaimana bisa aku mengkhianatiNya dengan bermain-main dengan amanah akademik ini? Dengan bermodalkan bismillah dan husnudzan padaNya aku memulai mengerjakan skripsi terlebih dahulu, untuk hapalan aku membuat strategi untuk menyelesaikannya dalam pesantren kilat selama 2 minggu terakhir.
Dan hasilnya...
To be continued~