Tuhan
melahirkan seseorang ke dunia ini saya yakin ada alasannya. Begitu pula saya, dilahirkan
di keluarga yang sederhana. Dengan nama Vyanti Rahmani yang kelihatannya
mungkin tabu, huruf V dan Y ini tidak
bisa dilafalkan secara bersamaan dalam segi fonologi, namun bagiku ini keunikan
tersendiri. Itu merupakan nama yang diambil dari singkatan nama orangtua saya,
yakni Yandi Supriyandi dan Siti Hindasah, dan akhirnya biasa akrab
dipanggil Vya, dilahirkan pada tahun 1996 di Cimahi tanggal 31 Agustus bertepatan
dengan waktu ashar tiba, betapa senang dan bangganya ibu saya, dan bapak saya
saat itu, karena apa? Ya saya anak perdana mereka.
Seiring
dengan berjalannya waktu, Keluarga saya berpindah tetap menjadi warga kota
Mochi, Sukabumi. Bertambah besarlah saya dan Allah takdirkan saya mempunyai seorang
adik, ibu memberi nama Khairin Febria Yasmin. Saat itu saya sedang di
sekolahkan di Taman Kanak-kanak Kencana Mekar, Ibuku memberitahu bahwa dari
kecil saya sudah bisa mandiri, karena bersekolah tanpa diantar seperti
anak-anak pada umumnya. Dan Alhamdulillah Ibu saya bisa meneruskan
menyekolahkan saya ke SD, SDN 1 Cidadap namanya. Karena dekat dengan rumah,
selama 6 tahun saya berjalan kaki dari rumah ke sekolah.
Di
sekolah saya terlihat sebagai murid yang biasa-biasa saja, dalam arti akademik
dan prestasi saya biasa saja, hanya saya aktif dalam keupacaraan yang selalu
ditunjuk menjadi drigen, sampai pada
suatu hari saya ditunjuk menjadi perwakilan sekolah untuk maju ke komisariat
untuk berlomba pidato agama islam karena wali kelas saya dulu menilai saya
merupakan murid yang mahir dalam berbicara. Saya yang saat itu kelas 5 SD
akhirnya mampu mendapatkan juara harapan 1 dari 30 peserta, dan dari sanalah
jiwa prestasi saya mulai terpicu. 6 tahun sudah berlalu saya lulus dari SD bersamaan
dengan pendidikan agama saya di MDTA Tarbiyatul Islamiyah, kalau dulu
kebanyakan orang menyebutnya sekolah agama, yang juga berhasil saya selesaikan
selama 6 tahun.
Saya
disekolahkan lagi oleh orang tua, melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP. Karena
pergaulan saat itu dirasa sudah mulai mengkhawatirkan, orang tua saya
merencanakan untuk menyekolahkan saya di lingkungan pesantren. Saya sangat
senang mendengar kabar itu, namun semua tergagalkan karena biaya yang sangat memberatkan,
itu dikarenakan kondisi ekonomi keluarga yang semakin krisis. Dan akhirnya
ditakdirkanlah saya masuk Sekolah SMP umum, SMPN 2 Sukaraja yang juga cukup
dekat dari rumah. Kali ini ketika berangkat saya tidak jalan seperti saya SD,
karena merasa gengsi oleh teman-teman. Namun ketika pulang sekolah saya dan
teman-teman jalan bersama dengan alasan menghemat uang jajan, walaupun saat itu
ongkos masih Rp.500,-
Karena
semangat berprestasi saya sudah terpicu ketika akhir saya bersekolah SD, di SMP
saya di kenal sebagai siswa yang aktif dan berprestasi, peringkat akademik saya
di kelas tak selalu kurang dari 3 besar. Ditambah lagi dengan keaktifan saya
dalam keorganisasian seperti OSIS yang saya ikuti selama 2 tahun
berturut-turut, Peran aktif anggota hingga pengurus di English Club, dan
berekspresi dalam Club Teater karena dirasa mempunyai kemampuan seni yang cukup
tinggi, dari SMP inilah saya belajar bermain alat musik termasuk gitar yang
diajarkan oleh bapak saya sendiri dan selebihnya saya belajar otodidak. Dalam
bidang prestasi saya juga ditunjuk untuk menjadi perwakilan sekolah mengikuti
perlombaan Story Telling tk. Komisariat dalam ajang FLS2N yang akhirnya
mengantarkan saya pada juara 1 untuk maju ke tingkat Kab dan Kota, dalam
kepenulisan saya diminta pula oleh guru Bahasa Indonesia untuk menjadi
perwakilan sekolah dalam Perlombaan cerpen, namun kali ini gagal. Karena saya
memang tidak berkonsentrasi pada hal kepenulisan, dan lebih memilih
mengembangkan minat dalam ranah public speaking. Singkat cerita di SMP saya
mendapatkan prestasi gemilang, hingga mencapai lulusan terbaik pertama saat
itu. Di masa ini, Allah kembali mentakdirkan saya mempunyai adik lagi, ibu beri
nama Aqsyal Mulkiza Mauladi, selang 2 tahun ibu kembali melahirkan bayi
perempuan yang di beri nama Tifany Nur Ramazani.
Orangtua
yang saat itu bangga dengan prestasi yang saya dapatkan, mereka merencanakan
untuk melanjutkan menyekolahkan saya ke Sekolah Menengah Atas favorit yang ada
di kota, karena pertimbangan yang ada pada ibu saya yang sangat menginginkan
saya masuk Kejuruan, di daftarkanlah saya ke SMKN 1 Sukabumi, dimana saat itu SMKN
1 itu sungguh sulit untuk bisa lolos, persaingan yang cukup ketat karena
menjadi salah satu sekolah kejuruan paling menjamin yang ada di sukabumi, dalam
artian sekolah ini nantinya mencetak siswa yang siap kerja dan berprestasi
sampai ke luar negeri. Dengan segala kekurangan yang ada dan keyakinan serta
do’a seorang ibu yang sangat besar, lolos lah saya menjadi siswa SMKN 1
Sukabumi, dengan konsentrasi jurusan Produksi Penyiaran Program Pertelevisian,
atau akrab disapa Teknik Film dan TV. Karena dirasa saat itu, itulah yang
menjadi jurusan yang cocok dengan passion
saya. Saya kira jurusan ini berhubungan dengan public speaking atau dalam dunia
pertelevisian biasa disebut dengan Reporter
namun nampaknya saya salah paham, karena jurusan ini ternyata mencetak
orang-orang di belakang layar seperti sutradara,editor, script writer dll. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, itu
prinsip saya saat itu. Darisanalah saya mulai menikmati,dan bertemu dengan dunia
orang-oraaaqqng layar dan berkarya bersama, membuat film sampai menyiarkannya,
menjadi animator hingga editor sebuah film, menjadi seorang designer, baik
grafis maupun dekorasi. Semua diajarkan dengan mantap sehingga saya menemukan
bakat terpendam saya sejak kecil dari menggambar, ya mendesain grafis yang
dalam dunia perfilman disebut Storyboarder/Graphic
Designer, yang hingga kini menjadi hobby saya. Dan dari jurusan inilah
selama 3 tahun saya bisa berkarya, saya mempunya 5 Film karya sendiri dan
teman-teman, Editor Film Dokumenter “JAS MERAH Prabu Siliwangi”, Kameramen Film
Pendek “MISSING”, Produser dari Multycam non drama “WOW GAMES” Storyboarder dan Floor Director of Drama
Multycam “KACAMALA” terakhir Iklan Layanan Masyarakat dimana ini merupakan
karya personal yang sebagian besar dikerjakan oleh sendiri dan menjadi Film
karya akhir, berjudul “STOP KDRT!” dan menjadi karya yang bisa dibanggakan
sampai saat ini, alhamdulillah.
Tak
hanya itu, di SMK saya dikenal sebagai aktivis organisasi, dicap sebagai tukang dispen di kelas, karena kecintaan
saya terhadap dunia organisatoris yang saya juga tidak menyadari bahwa saya
terlalu aktif diluar, maka dari itu saya tidak terlalu berprestasi dalam bidang
akademik di SMK ini. Namun karena pengabdian saya pada OSIS SMKN 1 Sukabumi
ini, saya diberi penghargaan beasiswa eksklusif dari Kepala Sekolah, mulai saya
kelas 2 hingga akhir semester. Saya juga banyak diikutkan event yang
diselenggarakan di kota,provinsi maupun nasional dalam hal kepemimpinan, karena
2 tahun berturut-turut saya aktif dalam OSIS ini, dari mulai anggota bidang,
hingga Sekretaris Umum, dari mulai partisipan Pelatihan pembinaan karakter,
sampai pendiri Forum OSIS Jawa Barat. Juga saya kembali aktif di English Club
dan Teater/kabaret yang ada di sekolah, sampai menjadikan saya pemeran utama
dari setiap pertunjukan-pertunjukannya. Prestasi lain saya dapatkan juga dari
Hobbi saya yang berhasil meraih juara 2 pembuatan komik kesehatan tingkat Jawa Barat.
Lalu bagaimana passion saya di dunia public speaking? Saya bersyukur selama 2
tahun terakhir bisa mengembangkannya melalui peran aktif menjadi protokoler
tetap dalam setiap upacara-upacara di sekolah, bahkan saya mendapatkan
pelatihan eksklusif dari dinas pemerintah dalam bidang protokoler ini. Sayapun
maju dan dipercaya menjadi protokoler Lomba sekolah sehat tingkat Jawa Barat
dan Nasional yang di selenggarakan di sekolah saya pada saat itu.
Di
akhir masa-masa sekolah di SMK semua siswa kelas 3 bingung menentukan masa
depannya, ada yang ingin langsung bekerja dan disalurkan, ada yang ingin
kuliah, sampai ada yang ingin mengakhirinya dengan menikah. Saya yang saat itu
masih sangat menikmati indahnya bersekolah di SMK tercinta juga ikut bingung,
mau jadi apa saya? Apakah saya kerja saja? Atau lebih baik kuliah? Atau.. otak
banyak sekali mencerna kata ‘atau’ yang terus menggantung tak ada jawaban.
Hingga akhirnya saya mendengar kabar bahwa lulusan jurusan Teknik Program TV
dan Film itu jarang sekali untuk bisa bekerja langsung, dan jika ingin
melanjutkan dalam bidang pertelevisian, harus melanjutkan studi ke perguruan
tinggi. Dan akhirnya dengan segala kecemasan yang ada saya memutuskan
melanjutkan bakat saya dalam bidang seni, walaupun ibu berharap saya langsung
bekerja, tapi saya bersikeras ingin melanjutkan kuliah. Banyak sekali hambatan
dan rintangan. Salah satu kendala utamanya apa lagi? Ya, biaya. Tak putus
harapan, saya yakin Allah sudah memberikan rezeki masing-masing kepada
hambanya, asalkan ia mau berusaha. Benar saja, nyatanya Allah mempertemukanku
dan memperkenalkanku dengan beasiswa Bidikmisi, ya beasiswa dari pemerintah
untuk berkuliah di perguruan tinggi dengan syarat nilai dan prestasi yang bisa
diandalkan. Dari sana tak gentar saya melangkah mencoba menelusuri tahapannya.
Tiba saatnya saya memilih Universitas dan Jurusan yang saya mau. Saya akhirnya
mencoba daftar di Universitas Pendidikan Indonesia. Kenapa? Cerita yang cukup
panjang, namun singkatnya saya pernah melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan)
di MQTV Aa Gym selama 3 bulan. Dimana, selama disana saya merasakan ada
perubahan spiritual dalam diri saya, dan disanalah saya mulai mengenal UPI dan
lingkungannya, saya nyaman dan saya berharap bisa kuliah di lingkungan itu
lagi. Saatnya memilih jurusan, otak mencoba mereview mimpi saya. Ntah mengapa
saya yakin bahwa saya harus masuk dan memperdalam Pendidikan Agama Islam.
Akhirnya itu yg menjadi pilihan saya. Tak hanya mendaftar disana, sesuai dengan
yg saya katakan, saya ingin meneruskan hobbi saya dalam seni, saya juga
berjuang untuk bisa masuk dan kuliah gratis di Institut Seni Indonesia,
Yogyakarta. Jurusan Desain Komunikasi Visual. Saat itu tes dilakukan langsung
di Yogya dengan segala modal dan kemampuan yang ada, saya pergi dan melakukan
tes dengan teman-teman saya. Bagaimana hasilnya? Allah tak meridhai saya
disana, saya gagal masuk ke ISI Yogya.
Kekecewaan
semakin memuncak dan akhirnya datanglah keputusasaan. Dimana akhirnya saat itu dengan
penuh kesabaran saya fix memberitahu ibu bahwa saya akan bekerja saja, ibu pun
menyetujui dan menyerahkan semuanya pada saya. Namun ternyata disanalah letak
kasih sayang Allah, disaat hambanya sabar di tengah kegagalan, ia selalu
memberikan keajaiban dan kejutan, dan tentunya bagiku itu hal yang mumtaaz. Keajaiban apa? Ya tak lama dari
proses kekecewaan itu ada pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi negeri yang
mengumumkan bahwa saya lolos disana dengan beasiswa! Gembira tiada terkira,
rasa syukur tiada henti terucap dalam hati, karena saya masuk Universitas
Pendidikan Indonesia dengan prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam. Alhamdulillah.
Banyak
hal yang saya alami sejauh ini, selama menjadi Mahasiswa Semester 1. Dengan
latarbelakang serta kemampuan seadanya yang saya miliki, saya berusaha menjadi
mahasiswa terbaik di kelas dengan berpikir kritis dan aktif bertanya, sampai
penghargaan pertama mendarat pada saya sebagai Peserta Teraktif PKMI IPAI
2014, tak hanya itu saya mengeksplore kemampuan olahraga saya dengan mengikuti
lomba futsal se-jurusan dengan tim kelas saya, dan akhirnya mendapat juara 3
yang menjadi piala perdana tim kami di kelas. Saya kembali mengasah kemampuan
berbicara saya dengan menjadi perwakilan prodi dalam ajang Speak Up contest
se-Fakultas FPIPS yang akhirnya mendatangkan keberkahan bagi saya sebagai
kontestan pemula yang mendapat juara kedua, setelah juara pertama prodi IPS
angkatan 2011. Nampaknya saya belum mau move-on
dari jurusan di SMK saya dulu, sayapun mencoba mengikuti lomba Fotografi Muslimah
LDK UKDM UPI yang saat itu bertema Muslimah
berkarya, and always say Hamdalah never end to Allah. Ini menjadi piala
pribadi saya yang kedua di universitas ini, saya mendapat juara 1.
Saya
selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam menjalani setiap scene yang Sang
Maha Sutradara terbaik berikan. Dengan cara mensyukuri setiap shot yang ia
rekam dengan retake atas kekhilafan yang harus terus diperbaiki kedepannya.
Dengan apa? dengan mimpi, memaksimalkan potensi diri dan berprestasi. Dan saat
saya menuliskan biografi ini, saya sedang menyadari bahwa Tuhan menciptakan
saya dengan alasan, menjadi hamba terbaik dalam menjalani hidup, dan tak lain
hanyalah untuk beribadah dan mengabdi untuk selalu menggapai ridhaNya.
Siapa yang tidak tahu Bidikmisi? Ya memang sudah
tidak aneh lagi bagi para akademisi di dunia pendidikan ini, karena Bidikmisi
ini merupakan beasiswa khusus dari pemerintah untuk pelajar yang kurang mampu
namun berprestasi di sekolahnya dan ingin sekali melanjutkan studi ke perguruan
tinggi. Hebat bukan? Jika dirasa orang yang mampu dan bisa berprestasi, tentu
jelas mungkin saja mereka memiliki fasilitas yang memadai. Namun dalam segala
keterbatasan yang ada, penerima beasiswa ini berjuang dengan fasilitas yang ada
dengan dana bantuan dari pemerintah.
Setiap
tahun angka penerima beasiswa Bidikmisi ini kian meningkat, data terakhir dari
web JPNN sampai 2013 lalu, total jumlah penerima
Bidikmisi di berbagai perguruan tinggi mencapai 140.180 mahasiswa, tersebar di
98 PTN dan 590 PTS. Tujuan utama pemerintah dalam program beasiswa ini
adalah mencetak generasi emas di tahun 2045. Seperti yang dikatakan oleh
Mendikbud M Nuh "Sejatinya, program ini sangat
mulia, yang menjadi cita-cita luhur terbentuknya sebuah negara memakmurkan dan
menyejahterakan masyarakat,"
Dan faktanya para penerima beasiswa inilah yang banyak
menorehkan prestasi di perguruan tingginya baik di dalam maupun luar negeri. Baik
di bidang akademik maupun non akademik. Hasil yang mereka raih dalam indeks
prestasi yaitu IP di atas 3,5 dan berhasil lulus tepat waktu dengan predikat Cumlaude sampai Student Exchange ke luar negeri,
dan tak jarang pula yang melanjutkan studinya dengan beasiswa S2 ke Luar
Negeri dengan program LPDP atau prestasi keseluruhan seperti menjadi Mahasiswa
berprestasi tingkat Fakultas, Universitas, atau bahkan Nasional, seperti Birrul Qodriyyah, salah satu Mahasiswa UGM ini
bisa menapaki mimpi-mimpi luar biasanya berawal dari Bidikmisi, ia dikenal
sebagai Duta Bidikmisi Nasional, Duta Keperawatan juga sebagai Mahasiswa
Berprestasi Nasional 2013, walaupun dia anak dari seorang buruh tani, ia tak pernah
merasa gentar melanjutkan mimpi-mimpinya, sehingga Tuhan mempertemukannya
dengan beasiswa Bidikmisi ini.
Dari tujuan pemerintah yang mulia, dari mimpi-mimpi
pelajar-pelajar Indonesia yang luarbiasa sungguh bisa kita lihat akan adanya perubahan
kemajuan dalam bidang pendidikan dari tahun ke tahun melalui program Bidikmisi
ini. Semua berharap program ini akan mencetak generasi-generasi yang mampu
membuat Indonesia menjadi negara yang terbaik nantinya, terdepan dalam
pendidikannya, dengan orang-orang hebat di dalamnya. Generasi Emas Indonesia
2045.