Follow Me @vyarahman

Minggu, 17 Mei 2015

Pasar Budaya UPI 2015


Nama / NIM                : Vyanti Rahmani / 1404788
Prodi / Departemen     : Ilmu Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu        : Ahmad Fuadin, M.Pd.
Nama Kegiatan           : Pasar Budaya Universitas Pendidikan Indonesia 2015
Hari dan Tanggal        : Rabu, 13 Mei 2015
Jam Berkunjung          : Pukul 10.30

Mengenali wujud dan makna Tari Merak dan Gebogan Bali sebagai
Kekayaan Budaya Indonesia



Budaya menjadi hal yang paling tersorot di negeri kita ini, ada banyak sekali budaya berbeda yang tersebar di 13.000 pulau di Indonesia, dari mulai pakaian adat, makanan khas, hingga budaya seni yang dimiliki. Jelas luarbiasa, karena di tengah kemajemukan negara ini, kita bisa belajar arti keberagaman untuk menjadi sebuah keseragaman.  Bhineka Tunggal Ika  Berbeda Tapi Satu Tujuan. Namun siapa sangka budaya-budaya ini mempunyai makna yang luar biasa? Inilah salah satu alasan di selenggarakannya Pasar Budaya UPI, Senin-Rabu 11 – 13 Mei 2015 di Gedung Gymnasium Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.  Acara ini menghadirkan Departemen Management Resort and Leasure FPIPS, Sosiologi FPIPS dan Himpunan Mahasiswa Seni Rupa (Himasra) FSD untuk berkolaborasi menjadi panitia.
Pasar budaya UPI akan mengenalkan kita pada macam-macam budaya di Indonesia dengan mengajarkan perdamaian, suka cita, disiplin, kerendahan hati, kasih sayang, kearifan, kepedulian, kesabaran dan kesetiaan yang merupakan sembilan nilai gotong royong. Usher sebutan untuk pembimbing di Pasar UPI 2015 pun membimbing kami Mahasiswa Ilmu Pendidikan Agama Islam untuk registrasi dan menunggu. Kami sebagai peserta di bagi dalam beberapa kelompok berdasarkan warna gelang yang diberikan pada saat registrasi tadi. Saya dan ke 16 teman saya yang merupakan kelompok bergelang warna merah di dampingi oleh Genta, mahasiswa MRL 2014 yang menjadi panitia di Pasar Budaya UPI 2015 untuk menuju ke ruangan video. Disini kami menyaksikan video pengantar yang berisi garis besar, tujuan, serta tata cara menikmati Pasar Budaya UPI 2015 ini.
Tanpa menunda waktu lagi, dengan di dampingi oleh Usher kami menuju ke sebuah stand dimana telah ada 3 orang wanita yang memakai kostum hewan yang sangat memukau kedua mata, ya stand Tari Merak. Disini kami dipersilahkan masuk dan menyaksikan para aktor budaya yang kemudian menampilkan beberapa gerakan terkait dengan Tari Merak yang menurut sejarah berasal dari pasundan ini. Di dampingi oleh dua panitia yang menjelaskan asal muasal tarian ini, kami akhirnya mengetahui bahwa Tari Merak ini mengkisahkan tentang burung merak yang menampilkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan berwarna warni untuk mencuri perhatian sang merak betina, yang dalam tarian ini ditampilkan berbarengan dengan tiga atau lebih penari yang masing-masing memiliki fungsi sebagai jantan dan betinanya. Dan tarian ini biasanya diiringi oleh lagu Macan Ucul, lagu khusus Tarian Merak. Selesai menyaksikan kami di ajak untuk mempraktekkannya langsung, dan diakhiri dengan moment foto bersama. Dan dari tarian inilah akhirnya kami tahu akan nilai yang terkandung didalamnya, suka cita, kasih sayang dan kesetiaan.
Tak hanya sampai disitu, kami kembali melanjutkan kunjungan ke stand berikutnya. Disini sudah terlihat beberapa tampilan buah-buahan yang menarik, beberapa jajanan yang disusun sedemikian rupa hingga menjadi sebuah miniatur menara, ya kami berada di stand Gebogan Bali. Dengan sambutan hangat “Om Swastyastu” dari kak bagus kami memulai mengenal apa itu Gebogan Bali. Disini kami diberitahu bahwa Gebogan dibuat sebagai bentuk wujud rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan makanan dan buah-buahan kepada umatnya. Sebagai simbol untuk menunjukkan rasa terima kasih ini, maka dibuatlah gebogan ini. Gebogan ini bisa dibuat hingga mencapai tinggi 1,5 meter yang nantinya akan di arak oleh ibu-ibu menuju ke pura. Tak hanya mendengarkan, kami diajak membuat Gebogan Bali ini. Ada 2 kelompok, yang pertama itu merupakan team penjahit daun sanur, dan team kedua yang menyusun buah-buahan berjajar hinggap di batang pisang. Lagi-lagi kami benar tak ingin melewatkan moment ini, kami akhirnya berfoto bersama kembali dengan kak bagus dan gebogan yang tadi kami buat. Dan disinilah saya dan teman-teman menangkap makna Perdamaian, disiplin, suka cita, kepedulian dan kesabaran.



Karena ketentuan yang berlaku di setiap kelompok peserta itu hanya dibolehkan mengunjungi dua stand, akhirnya kami berjalan melihat beberapa budaya lain yang ada di Indonesia hanya dengan mengelilingi dan melihat stand satu per satu dari arah luar. Sampai pada akhirnya usher menghentikan perjalanan kami karena waktu sudah habis. Disini kami sadar begitu banyak makna budaya Indonesia yang sangat luarbiasa, dari mulai konten, proses hingga wujud yang dihasilkan, kami rasa tak ada lagi alasan untuk tidak mengenal budaya negeri kita sendiri. Disini di Pasar Budaya UPI, saya dan teman-teman merasa bangga dengan bangsa Indonesia kita ini, dengan segala budaya yang dimilikinya, dengan segala kekayaan, serta dengan segala kemajemukan yang ada,maka tak ada alasan untuk tak mencintai Budaya Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar