Follow Me @vyarahman

Senin, 19 Januari 2015

Potret Diri

Senin, Januari 19, 2015 0 Comments

Tuhan melahirkan seseorang ke dunia ini saya yakin ada alasannya. Begitu pula saya, dilahirkan di keluarga yang sederhana. Dengan nama Vyanti Rahmani yang kelihatannya mungkin tabu, huruf  V dan Y ini tidak bisa dilafalkan secara bersamaan dalam segi fonologi, namun bagiku ini keunikan tersendiri. Itu merupakan nama yang diambil dari singkatan nama orangtua saya, yakni Yandi Supriyandi dan Siti Hindasah, dan akhirnya biasa akrab dipanggil Vya, dilahirkan pada tahun 1996 di Cimahi tanggal 31 Agustus bertepatan dengan waktu ashar tiba, betapa senang dan bangganya ibu saya, dan bapak saya saat itu, karena apa? Ya saya anak perdana mereka.
Seiring dengan berjalannya waktu, Keluarga saya berpindah tetap menjadi warga kota Mochi, Sukabumi. Bertambah besarlah saya dan Allah takdirkan saya mempunyai seorang adik, ibu memberi nama Khairin Febria Yasmin. Saat itu saya sedang di sekolahkan di Taman Kanak-kanak Kencana Mekar, Ibuku memberitahu bahwa dari kecil saya sudah bisa mandiri, karena bersekolah tanpa diantar seperti anak-anak pada umumnya. Dan Alhamdulillah Ibu saya bisa meneruskan menyekolahkan saya ke SD, SDN 1 Cidadap namanya. Karena dekat dengan rumah, selama 6 tahun saya berjalan kaki dari rumah ke sekolah.
Di sekolah saya terlihat sebagai murid yang biasa-biasa saja, dalam arti akademik dan prestasi saya biasa saja, hanya saya aktif dalam keupacaraan yang selalu ditunjuk menjadi drigen,  sampai pada suatu hari saya ditunjuk menjadi perwakilan sekolah untuk maju ke komisariat untuk berlomba pidato agama islam karena wali kelas saya dulu menilai saya merupakan murid yang mahir dalam berbicara. Saya yang saat itu kelas 5 SD akhirnya mampu mendapatkan juara harapan 1 dari 30 peserta, dan dari sanalah jiwa prestasi saya mulai terpicu. 6 tahun sudah berlalu saya lulus dari SD bersamaan dengan pendidikan agama saya di MDTA Tarbiyatul Islamiyah, kalau dulu kebanyakan orang menyebutnya sekolah agama, yang juga berhasil saya selesaikan selama 6 tahun.
Saya disekolahkan lagi oleh orang tua, melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP. Karena pergaulan saat itu dirasa sudah mulai mengkhawatirkan, orang tua saya merencanakan untuk menyekolahkan saya di lingkungan pesantren. Saya sangat senang mendengar kabar itu, namun semua tergagalkan karena biaya yang sangat memberatkan, itu dikarenakan kondisi ekonomi keluarga yang semakin krisis. Dan akhirnya ditakdirkanlah saya masuk Sekolah SMP umum, SMPN 2 Sukaraja yang juga cukup dekat dari rumah. Kali ini ketika berangkat saya tidak jalan seperti saya SD, karena merasa gengsi oleh teman-teman. Namun ketika pulang sekolah saya dan teman-teman jalan bersama dengan alasan menghemat uang jajan, walaupun saat itu ongkos masih Rp.500,-
Karena semangat berprestasi saya sudah terpicu ketika akhir saya bersekolah SD, di SMP saya di kenal sebagai siswa yang aktif dan berprestasi, peringkat akademik saya di kelas tak selalu kurang dari 3 besar. Ditambah lagi dengan keaktifan saya dalam keorganisasian seperti OSIS yang saya ikuti selama 2 tahun berturut-turut, Peran aktif anggota hingga pengurus di English Club, dan berekspresi dalam Club Teater karena dirasa mempunyai kemampuan seni yang cukup tinggi, dari SMP inilah saya belajar bermain alat musik termasuk gitar yang diajarkan oleh bapak saya sendiri dan selebihnya saya belajar otodidak. Dalam bidang prestasi saya juga ditunjuk untuk menjadi perwakilan sekolah mengikuti perlombaan Story Telling tk. Komisariat dalam ajang FLS2N yang akhirnya mengantarkan saya pada juara 1 untuk maju ke tingkat Kab dan Kota, dalam kepenulisan saya diminta pula oleh guru Bahasa Indonesia untuk menjadi perwakilan sekolah dalam Perlombaan cerpen, namun kali ini gagal. Karena saya memang tidak berkonsentrasi pada hal kepenulisan, dan lebih memilih mengembangkan minat dalam ranah public speaking. Singkat cerita di SMP saya mendapatkan prestasi gemilang, hingga mencapai lulusan terbaik pertama saat itu. Di masa ini, Allah kembali mentakdirkan saya mempunyai adik lagi, ibu beri nama Aqsyal Mulkiza Mauladi, selang 2 tahun ibu kembali melahirkan bayi perempuan yang di beri nama Tifany Nur Ramazani.
Orangtua yang saat itu bangga dengan prestasi yang saya dapatkan, mereka merencanakan untuk melanjutkan menyekolahkan saya ke Sekolah Menengah Atas favorit yang ada di kota, karena pertimbangan yang ada pada ibu saya yang sangat menginginkan saya masuk Kejuruan, di daftarkanlah saya ke SMKN 1 Sukabumi, dimana saat itu SMKN 1 itu sungguh sulit untuk bisa lolos, persaingan yang cukup ketat karena menjadi salah satu sekolah kejuruan paling menjamin yang ada di sukabumi, dalam artian sekolah ini nantinya mencetak siswa yang siap kerja dan berprestasi sampai ke luar negeri. Dengan segala kekurangan yang ada dan keyakinan serta do’a seorang ibu yang sangat besar, lolos lah saya menjadi siswa SMKN 1 Sukabumi, dengan konsentrasi jurusan Produksi Penyiaran Program Pertelevisian, atau akrab disapa Teknik Film dan TV. Karena dirasa saat itu, itulah yang menjadi jurusan yang cocok dengan passion saya. Saya kira jurusan ini berhubungan dengan public speaking atau dalam dunia pertelevisian biasa disebut dengan Reporter namun nampaknya saya salah paham, karena jurusan ini ternyata mencetak orang-orang di belakang layar seperti sutradara,editor, script writer dll. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, itu prinsip saya saat itu. Darisanalah saya mulai menikmati,dan bertemu dengan dunia orang-oraaaqqng layar dan berkarya bersama, membuat film sampai menyiarkannya, menjadi animator hingga editor sebuah film, menjadi seorang designer, baik grafis maupun dekorasi. Semua diajarkan dengan mantap sehingga saya menemukan bakat terpendam saya sejak kecil dari menggambar, ya mendesain grafis yang dalam dunia perfilman disebut Storyboarder/Graphic Designer, yang hingga kini menjadi hobby saya. Dan dari jurusan inilah selama 3 tahun saya bisa berkarya, saya mempunya 5 Film karya sendiri dan teman-teman, Editor Film Dokumenter “JAS MERAH Prabu Siliwangi”, Kameramen Film Pendek “MISSING”, Produser dari Multycam non drama “WOW GAMES”  Storyboarder dan Floor Director of Drama Multycam “KACAMALA” terakhir Iklan Layanan Masyarakat dimana ini merupakan karya personal yang sebagian besar dikerjakan oleh sendiri dan menjadi Film karya akhir, berjudul “STOP KDRT!” dan menjadi karya yang bisa dibanggakan sampai saat ini, alhamdulillah.
Tak hanya itu, di SMK saya dikenal sebagai aktivis organisasi, dicap sebagai tukang dispen di kelas, karena kecintaan saya terhadap dunia organisatoris yang saya juga tidak menyadari bahwa saya terlalu aktif diluar, maka dari itu saya tidak terlalu berprestasi dalam bidang akademik di SMK ini. Namun karena pengabdian saya pada OSIS SMKN 1 Sukabumi ini, saya diberi penghargaan beasiswa eksklusif dari Kepala Sekolah, mulai saya kelas 2 hingga akhir semester. Saya juga banyak diikutkan event yang diselenggarakan di kota,provinsi maupun nasional dalam hal kepemimpinan, karena 2 tahun berturut-turut saya aktif dalam OSIS ini, dari mulai anggota bidang, hingga Sekretaris Umum, dari mulai partisipan Pelatihan pembinaan karakter, sampai pendiri Forum OSIS Jawa Barat. Juga saya kembali aktif di English Club dan Teater/kabaret yang ada di sekolah, sampai menjadikan saya pemeran utama dari setiap pertunjukan-pertunjukannya. Prestasi lain saya dapatkan juga dari Hobbi saya yang berhasil meraih juara 2 pembuatan komik kesehatan tingkat Jawa Barat. Lalu bagaimana passion saya di dunia public speaking? Saya bersyukur selama 2 tahun terakhir bisa mengembangkannya melalui peran aktif menjadi protokoler tetap dalam setiap upacara-upacara di sekolah, bahkan saya mendapatkan pelatihan eksklusif dari dinas pemerintah dalam bidang protokoler ini. Sayapun maju dan dipercaya menjadi protokoler Lomba sekolah sehat tingkat Jawa Barat dan Nasional yang di selenggarakan di sekolah saya pada saat itu.
Di akhir masa-masa sekolah di SMK semua siswa kelas 3 bingung menentukan masa depannya, ada yang ingin langsung bekerja dan disalurkan, ada yang ingin kuliah, sampai ada yang ingin mengakhirinya dengan menikah. Saya yang saat itu masih sangat menikmati indahnya bersekolah di SMK tercinta juga ikut bingung, mau jadi apa saya? Apakah saya kerja saja? Atau lebih baik kuliah? Atau.. otak banyak sekali mencerna kata ‘atau’ yang terus menggantung tak ada jawaban. Hingga akhirnya saya mendengar kabar bahwa lulusan jurusan Teknik Program TV dan Film itu jarang sekali untuk bisa bekerja langsung, dan jika ingin melanjutkan dalam bidang pertelevisian, harus melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Dan akhirnya dengan segala kecemasan yang ada saya memutuskan melanjutkan bakat saya dalam bidang seni, walaupun ibu berharap saya langsung bekerja, tapi saya bersikeras ingin melanjutkan kuliah. Banyak sekali hambatan dan rintangan. Salah satu kendala utamanya apa lagi? Ya, biaya. Tak putus harapan, saya yakin Allah sudah memberikan rezeki masing-masing kepada hambanya, asalkan ia mau berusaha. Benar saja, nyatanya Allah mempertemukanku dan memperkenalkanku dengan beasiswa Bidikmisi, ya beasiswa dari pemerintah untuk berkuliah di perguruan tinggi dengan syarat nilai dan prestasi yang bisa diandalkan. Dari sana tak gentar saya melangkah mencoba menelusuri tahapannya. Tiba saatnya saya memilih Universitas dan Jurusan yang saya mau. Saya akhirnya mencoba daftar di Universitas Pendidikan Indonesia. Kenapa? Cerita yang cukup panjang, namun singkatnya saya pernah melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di MQTV Aa Gym selama 3 bulan. Dimana, selama disana saya merasakan ada perubahan spiritual dalam diri saya, dan disanalah saya mulai mengenal UPI dan lingkungannya, saya nyaman dan saya berharap bisa kuliah di lingkungan itu lagi. Saatnya memilih jurusan, otak mencoba mereview mimpi saya. Ntah mengapa saya yakin bahwa saya harus masuk dan memperdalam Pendidikan Agama Islam. Akhirnya itu yg menjadi pilihan saya. Tak hanya mendaftar disana, sesuai dengan yg saya katakan, saya ingin meneruskan hobbi saya dalam seni, saya juga berjuang untuk bisa masuk dan kuliah gratis di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Jurusan Desain Komunikasi Visual. Saat itu tes dilakukan langsung di Yogya dengan segala modal dan kemampuan yang ada, saya pergi dan melakukan tes dengan teman-teman saya. Bagaimana hasilnya? Allah tak meridhai saya disana, saya gagal masuk ke ISI Yogya.
Kekecewaan semakin memuncak dan akhirnya datanglah keputusasaan. Dimana akhirnya saat itu dengan penuh kesabaran saya fix memberitahu ibu bahwa saya akan bekerja saja, ibu pun menyetujui dan menyerahkan semuanya pada saya. Namun ternyata disanalah letak kasih sayang Allah, disaat hambanya sabar di tengah kegagalan, ia selalu memberikan keajaiban dan kejutan, dan tentunya bagiku itu hal yang mumtaaz. Keajaiban apa? Ya tak lama dari proses kekecewaan itu ada pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi negeri yang mengumumkan bahwa saya lolos disana dengan beasiswa! Gembira tiada terkira, rasa syukur tiada henti terucap dalam hati, karena saya masuk Universitas Pendidikan Indonesia dengan prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam. Alhamdulillah.
Banyak hal yang saya alami sejauh ini, selama menjadi Mahasiswa Semester 1. Dengan latarbelakang serta kemampuan seadanya yang saya miliki, saya berusaha menjadi mahasiswa terbaik di kelas dengan berpikir kritis dan aktif bertanya, sampai penghargaan pertama mendarat pada saya sebagai Peserta Teraktif  PKMI IPAI 2014, tak hanya itu saya mengeksplore kemampuan olahraga saya dengan mengikuti lomba futsal se-jurusan dengan tim kelas saya, dan akhirnya mendapat juara 3 yang menjadi piala perdana tim kami di kelas. Saya kembali mengasah kemampuan berbicara saya dengan menjadi perwakilan prodi dalam ajang Speak Up contest se-Fakultas FPIPS yang akhirnya mendatangkan keberkahan bagi saya sebagai kontestan pemula yang mendapat juara kedua, setelah juara pertama prodi IPS angkatan 2011. Nampaknya saya belum mau move-on dari jurusan di SMK saya dulu, sayapun mencoba mengikuti lomba Fotografi Muslimah LDK UKDM UPI yang saat itu bertema Muslimah berkarya, and always say Hamdalah never end to Allah. Ini menjadi piala pribadi saya yang kedua di universitas ini, saya mendapat juara 1.
Saya selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam menjalani setiap scene yang Sang Maha Sutradara terbaik berikan. Dengan cara mensyukuri setiap shot yang ia rekam dengan retake atas kekhilafan yang harus terus diperbaiki kedepannya. Dengan apa? dengan mimpi, memaksimalkan potensi diri dan berprestasi. Dan saat saya menuliskan biografi ini, saya sedang menyadari bahwa Tuhan menciptakan saya dengan alasan, menjadi hamba terbaik dalam menjalani hidup, dan tak lain hanyalah untuk beribadah dan mengabdi untuk selalu menggapai ridhaNya.


Pengisi adegan SkenarioNya

Vyanti Rahmani.

Kamis, 08 Januari 2015

Bidikmisi, bibit Generasi Emas

Kamis, Januari 08, 2015 0 Comments

Siapa yang tidak tahu Bidikmisi? Ya memang sudah tidak aneh lagi bagi para akademisi di dunia pendidikan ini, karena Bidikmisi ini merupakan beasiswa khusus dari pemerintah untuk pelajar yang kurang mampu namun berprestasi di sekolahnya dan ingin sekali melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hebat bukan? Jika dirasa orang yang mampu dan bisa berprestasi, tentu jelas mungkin saja mereka memiliki fasilitas yang memadai. Namun dalam segala keterbatasan yang ada, penerima beasiswa ini berjuang dengan fasilitas yang ada dengan dana bantuan dari pemerintah.
Setiap tahun angka penerima beasiswa Bidikmisi ini kian meningkat, data terakhir dari web JPNN sampai 2013 lalu, total jumlah penerima Bidikmisi di berbagai perguruan tinggi mencapai 140.180 mahasiswa, tersebar di 98 PTN dan 590 PTS. Tujuan utama pemerintah dalam program beasiswa ini adalah mencetak generasi emas di tahun 2045. Seperti yang dikatakan oleh Mendikbud M Nuh "Sejatinya, program ini sangat mulia, yang menjadi cita-cita luhur terbentuknya sebuah negara memakmurkan dan menyejahterakan masyarakat,"
Dan faktanya para penerima beasiswa inilah yang banyak menorehkan prestasi di perguruan tingginya baik di dalam maupun luar negeri. Baik di bidang akademik maupun non akademik. Hasil yang mereka raih dalam indeks prestasi yaitu IP di atas 3,5 dan berhasil lulus tepat waktu dengan predikat Cumlaude sampai Student Exchange ke luar negeri, dan tak jarang pula yang melanjutkan studinya dengan beasiswa S2 ke Luar Negeri dengan program LPDP atau prestasi keseluruhan seperti menjadi Mahasiswa berprestasi tingkat Fakultas, Universitas, atau bahkan Nasional, seperti  Birrul Qodriyyah, salah satu Mahasiswa UGM ini bisa menapaki mimpi-mimpi luar biasanya berawal dari Bidikmisi, ia dikenal sebagai Duta Bidikmisi Nasional, Duta Keperawatan juga sebagai Mahasiswa Berprestasi Nasional 2013, walaupun dia anak dari seorang buruh tani, ia tak pernah merasa gentar melanjutkan mimpi-mimpinya, sehingga Tuhan mempertemukannya dengan beasiswa Bidikmisi ini.

Dari tujuan pemerintah yang mulia, dari mimpi-mimpi pelajar-pelajar Indonesia yang luarbiasa sungguh bisa kita lihat akan adanya perubahan kemajuan dalam bidang pendidikan dari tahun ke tahun melalui program Bidikmisi ini. Semua berharap program ini akan mencetak generasi-generasi yang mampu membuat Indonesia menjadi negara yang terbaik nantinya, terdepan dalam pendidikannya, dengan orang-orang hebat di dalamnya. Generasi Emas Indonesia 2045.